Ayat Alkitab:
"Demikian juga kita, selama kita belum dewasa, berada di bawah asuhan guru-guru sampai waktu yang ditentukan oleh Bapa. Demikian pula halnya, ketika anak itu telah dewasa, ia tidak lagi di bawah asuhan guru-guru; sebab kepunyaanmulah segala sesuatu. Tetapi mengapa kamu berbalik lagi kepada dunia lemah dan miskin itu? Mengapa kamu mau diperhamba lagi olehnya?" (Galatia 4:1-3,6b).
"Tetapi kamu bukan demikian; sebab kamu telah menerima Roh yang menjadikan anak-anak, sehingga kita berseru: 'Ya Abba, Bapa!' Jadi kerohanianmu bukan lagi hamba, melainkan anak; dan jikalau kamu anak, maka kamu juga ahli waris, karena kamu telah diterima sebagai anak oleh Allah." (Galatia 4:6, TB).
Kata Pengantar: Membangun Pemimpin Berdasarkan Kerajaan
Sebagai pria, kita dipanggil untuk memimpin—dalam keluarga, komunitas, dan kerajaan Allah. Namun, kepemimpinan rohani tidak dimulai dengan kuasa, melainkan dengan kedewasaan. Seperti seorang anak yang harus tumbuh sebelum menerima warisan, kita pun dipanggil untuk meninggalkan ketergantungan pada "huruf hukum" dan hidup dalam kebebasan Roh (Galatia 5:1).
John Maxwell pernah menulis, "Leadership is not about titles, positions, or flowcharts. It is about one life influencing another." Dalam konteks ini, kedewasaan rohani adalah fondasi untuk memengaruhi dunia sekitar kita.
1. Tanggung Jawab sebagai Anak Allah
Galatia 4:1-3 menggambarkan kondisi manusia sebelum Kristus seperti anak kecil yang diatur oleh "guru-guru" (hukum). Kita mungkin merasa terikat pada ritual atau usaha sendiri untuk mencapai berkat Tuhan. Namun, Kristus membebaskan kita dari ketergantungan itu.
Penerapan:
Sebagai pria, seringkali kita merasa harus "membuktikan" nilai diri melalui prestasi, materi, atau pengakuan. Tetapi identitas kita bukan pada apa yang kita lakukan, melainkan pada siapa kita di dalam Kristus: anak Allah yang diadopsi (Galatia 4:5).
Ayat Pendukung:
"Karena semua orang yang dipimpin Roh Allah, mereka itulah anak Allah." (Roma 8:14).
Kutipan Maxwell:
"Successful leaders know that leadership is not about them. It’s about investing in others."
(Developing the Leader Within You ).
2. Warisan dalam Roh Kudus
Galatia 4:6 mengingatkan kita bahwa Roh Kudus tinggal di dalam kita, memanggil Allah sebagai "Abba, Bapa!" Ini adalah hak istimewa seorang anak kerajaan. Kita tidak lagi hidup dalam ketakutan (Roma 8:15), tetapi dalam kebebasan dan tanggung jawab sebagai ahli waris.
Penerapan:
Apa yang Tuhan percayakan kepada kita hari ini? Waktu, talenta, atau relasi? Kedewasaan rohani berarti mengelola warisan itu dengan bijaksana. Seperti dalam perumpamaan talenta (Matius 25:14-30), kita dipercaya untuk melipatgandakan berkat-Nya.
Ayat Pendukung:
"Tetapi buah Roh ialah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Galatia 5:22-23).
Kutipan Maxwell:
"Leaders become great, not because of their power, but because of their ability to empower others."
(The 21 Irrefutable Laws of Leadership ).
3. Tinggalkan Dunia Lemah dan Miskin
Galatia 4:9 memperingatkan kita untuk tidak kembali "diperhamba" oleh dunia yang lemah dan miskin. Ini bisa berupa kebiasaan lama, dosa tersembunyi, atau nilai-nilai duniawi yang bertentangan dengan kebenaran.
Penerapan:
Sebagai pria, tantangan kita adalah tetap setia di tengah tekanan budaya. Apakah kita memilih kesenangan sementara atau warisan kekal? Kedewasaan rohani memerlukan keberanian untuk hidup berbeda.
Ayat Pendukung:
"Karena itu janganlah kamu takut, sebab Aku menyertai engkau; janganlah bingung, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan menguatkan, bahkan akan menolong engkau." (Yesaya 41:10).
Kutipan Maxwell:
"Failure is not the opposite of success; it’s part of success."
(Failing Forward ).
4. Menjadi Pemimpin yang Dewasa
Kedewasaan rohani bukanlah tujuan akhir, tetapi fondasi untuk memimpin. Seperti Yusuf yang dipercaya mengatur Mesir atau Daud yang dipersiapkan Tuhan sejak muda, kita dipanggil untuk memimpin dalam otoritas rohani.
Langkah Praktis:
- Evaluasi hidup: Apa yang masih mengikat Anda?
- Berdoa: Mintalah hikmat untuk mengelola warisan kerajaan.
- Berani: Tinggalkan pola dunia dan hidup dalam Roh.
Ayat Pendukung:
"Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh kekuatan, kasih, dan kedisiplinan." (2 Timotius 1:7).
Kutipan Maxwell:
"A leader is one who knows the way, goes the way, and shows the way."
(The 21 Indispensable Qualities of a Leader ).
Doa:
"Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau memanggil kami sebagai anak-Mu. Beri kami keberanian untuk meninggalkan ketergantungan pada usaha sendiri dan hidup dalam kebebasan Roh Kudus. Kuatkan kami untuk menjadi pemimpin yang bijak, setia, dan penuh kasih. Ajar kami untuk mengelola warisan-Mu dengan penuh tanggung jawab. Dalam nama Yesus, Amin."
Refleksi Akhir:
"Seorang pria yang dewasa secara rohani tidak hanya memikirkan haknya, tetapi tanggung jawabnya. Ia tidak mencari pengakuan, tetapi kesempatan untuk melayani. Karena ia tahu, warisan kerajaan bukan untuk dinikmati sendiri, tetapi untuk mengubah dunia." — Inspired by John C. Maxwell
Selamat menjadi pria yang dewasa dalam Kristus. Kehidupan rohani Anda adalah warisan, tanggung jawab, dan panggilan untuk memimpin.